Hujan adalah nikmat Allah Ta’ala.
Oleh karena itu tidak boleh mencelanya.
Sebagian orang merasa jengkel
dengan turunnya hujan, merasa bahwa hujan adalah penghambat kegiatan
kesehariannya, padahal yang menurunkan hujan tidak lain adalah Allah
Ta’ala.
Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wasallam bila melihat angin kencang
dan mendung hitam, khawatir kalau-kalau itu adalah sebab azab yang
diutus oleh Allah sebagai hukuman atas kemaksiatan manusia. Sehingga
kekhawatiran itu sangat tampak jelas di wajahnya.
Sedangkan melaksanakan doa istisqa’ dengan mengerjakan shalat
istisqa’ adalah karena hujan itu berada di bawah kekuasaan Allah, tidak
turun kecuali dengan perintah-Nya. Maka jika lama tidak turun hujan,
Islam memerintahkan untuk berdoa kepada Dzat yang menciptakan dan
menguasai hujan tersebut, yaitu Allah Ta’ala semata. Mendirikan shalat
istisqa’ juga sebagai bentuk tawassul agar doa dikabulkan dan permintaan
dipenuhi. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman,
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا اسْتَعِينُوا بِالصَّبْرِ وَالصَّلَاةِ
“Hai orang-orang yang beriman, mintalah pertolongan (kepada Allah) dengan sabar dan (mengerjakan) salat. . .” (QS. Al-Baqarah: 153)
Jika Hujan Sudah Turun
Berkaitan dengan hujan, Allah menjadikannya sebagai nikmat dan rahmat
bagi makhluk-makhluk-Nya, tidak terkecuali manusia. Bahkan Al-Qur’an
menyebutkannya sebagai sumber kehidupan.
وَجَعَلْنَا مِنَ الْمَاءِ كُلَّ شَيْءٍ حَيٍّ أَفَلَا يُؤْمِنُونَ
“Dan dari air Kami jadikan segala sesuatu yang hidup. Maka mengapakah mereka tiada juga beriman?” (QS. Al-Anbiya’: 30)
Namun di satu sisi, Allah juga pernah menjadikan hujan dan
berlimpahnya air sebagai hukuman atas kaum pembangkang, seperti yang
menimpa kaum Nabi Nuh ‘Alaihissalam.
وَنُوحًا إِذْ نَادَى مِنْ قَبْلُ فَاسْتَجَبْنَا لَهُ فَنَجَّيْنَاهُ
وَأَهْلَهُ مِنَ الْكَرْبِ الْعَظِيمِ وَنَصَرْنَاهُ مِنَ الْقَوْمِ
الَّذِينَ كَذَّبُوا بِآَيَاتِنَا إِنَّهُمْ كَانُوا قَوْمَ سَوْءٍ
فَأَغْرَقْنَاهُمْ أَجْمَعِينَ
“Dan (ingatlah kisah) Nuh, sebelum itu ketika dia berdoa, dan
Kami memperkenankan doanya, lalu Kami selamatkan dia beserta pengikutnya
dari bencana yang besar. Dan Kami telah menolongnya dari kaum yang
telah mendustakan ayat-ayat Kami Sesungguhnya mereka adalah kaum yang
jahat, maka Kami tenggelamkan mereka semuanya.” (QS. Al-Anbiya’: 76-77)
Maka saat turun hujan, kaum muslimin yang menyaksikannya berharap
agar hujan tersebut membawa kebaikan dan menjadi rahmat sebagaimana yang
pernah diajarkan Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam. Di antara doa/dzikir tersebut adalah:
Pertama:
Membaca doa:
اللَّهُمَّ صَيِّبًا نَافِعًا
ALLAHUMMA SHAYYIBAN NAAFI’A
Artinya: Ya Allah, (jadikan hujan ini) hujan yang membawa manfaat (kebaikan).
Diriwayatkan dari ‘Aisyah Radhiyallahu ‘Anha,
أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَانَ إذَا رَأَى الْمَطَرَ قَالَ : اللَّهُمَّ صَيِّبًا نَافِعًا
“Adalah Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wasallam apabila melihat hujan
beliau berdoa: ALLAHUMMA SHAYYIBAN NAAFI’A (Ya Allah, -jadikan hujan
ini- hujan yang membawa manfaat -kebaikan-.” (HR. Al-Buhari)
Kedua:
membaca :
رَحْمَةٌ
rahmatun
Artinya: ini adalah rahmat.
Diriwayatkan dari ‘Aisyah Radhiyallahu ‘Anha, adalah Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam
apabila terjadi angin kencang dan awan tebal maka beliau sangat
khawatir yang dapat diketahui melalui wajah beliau. Beliau
mondar-mandir. Dan jika turun hujan, maka beliau terlihat senang dan
hilang kekhwatiran tadi. Lalu ‘Aisyah menanyakan kepada beliau perihal
tadi. Maka beliau menjawab, “Sungguh aku khawatir kalau itu menjadi azab
yang ditimpakan kepada umatku.” Dan apabila beliau melihat hujan,
beliau bersabda: rahmatun (ini adalah rahmat). (HR. Muslim)
Imam Nawawi rahimahullah dalam Syarh Muslim menjelaskan
tentang makna hadits di atas, “Di dalamnya terdapat anjuran bersiaga
dengan mendekatkan diri kepada Allah dan berlindung kepada-Nya saat
terjadi perubahan kondisi alam dan munculnya penyebab musibah.
Kekhawatiran beliau Shallallahu ‘Alaihi Wasallam kalau-kalau diazab dengan maksiatnya ahli maksiat. Dan gembiranya beliau karena hilangnya sebab kekhawatiran.”
Ketiga:
Menisbatkan hujan kepada Allah, bukan kepada selainnya seperti kepada bintang.
Dari Zaid bin Khalid Radhiyallahu ‘Anhu menceritakan, kami keluar bersama Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam pada
tahun Hudaibiyah, lalu pada suatu malam kami mendapat hujan. Maka pada
seusai beliau mengimami kami pada shalat shubuhnya, beliau menghadap
kepada kami, lalu bersabda: ‘Tahukah kalian apa yang dikatakan oleh
Rabba kalian?’ Kami menjawab: ‘Allah dan Rasul-Nya yang lebih tahu.’
Kemudian beliau bersabda:
قَالَ اللَّهُ أَصْبَحَ مِنْ عِبَادِي مُؤْمِنٌ بِي وَكَافِرٌ بِي
فَأَمَّا مَنْ قَالَ مُطِرْنَا بِرَحْمَةِ اللَّهِ وَبِرِزْقِ اللَّهِ
وَبِفَضْلِ اللَّهِ فَهُوَ مُؤْمِنٌ بِي كَافِرٌ بِالْكَوْكَبِ وَأَمَّا
مَنْ قَالَ مُطِرْنَا بِنَجْمِ كَذَا فَهُوَ مُؤْمِنٌ بِالْكَوْكَبِ
كَافِرٌ بِي
“Allah berfirman: di pagi ini ada di antara hamba-hamba-Ku yang
beriman kepada-Ku dan yang ingkar kepada-Ku. Adapun orang yang
mengatakan, ‘kami diberi hujan karena rahmat Allah, rizki dan
karunia-Nya,’ maka ia beriman kepada-Ku dan kufur terhadap
bintang-bintang. Adapun orang yang mengatakan, ‘kami diberi hujan karena
bintang ini dan bintang itu,’ maka ia beriman kepada bintang-bintang
dan kufur kepada-Ku.” (HR. al-Bukhari dan Muslim, lafaz milik Al-Bukhari)
Keempat: memperbanyak doa saat turun hujan, karena termasuk waktu yang mustajab. Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wasallam bersabda:
اطلبوا استجابة الدعاء عند التقاء الجيوش و إقامة الصلاة و نزول الغيث
“Carilah pengabulan doa pada saat bertemunya dua pasukan, pada saat iqamah shalat, dan saat turun hujan.”
(HR. al-Hakim dalam al-Mustadrak: 2/114 dan dishahihkan olehnya. Lihat
Majmu’ fatawa: 7/129. Dishahihkan Al-Albani dalam al-Silsilah
al-Shahihah no. 1469 dan Shahih al-Jami’ no. 1026)
PENUTUP
Islam mengajarkan banyak zikir dan doa pada beberapa kondisi. Semua
itu agar hamba Allah selalu ingat dan kembali kepada-Nya. Menyadari
bahwa semua kebaikan ada di tangan-Nya. Sehingga dia senantiasa berharap
dan memohon kebaikan hanya kepada-Nya semata. lalu diikuti dengan
syukur kepada-Nya dengan menggunakan nikmat untuk taat kepada-Nya. Dan
seperti itu pula saat melihat hujan turun.
[agoezta]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar