Tidak tanggung-tanggung, kematian ini disebabkan karena tuak di campur dengan obat kuat atau yg biasa disebut “Minuman Oplosan.”
Kematian dalam keadaan bermaksiat & sangat di murkai oleh Allah Ta’ala.. Naudzubillahi.
Berikut ini hukum islam tentang minuman keras, semoga anda yg telah membacanya, sadar.. se sadar-sadarnya ;
1. Larangan Minum Khamr
Pada mulanya khamr adalah minuman keras
yang terbuat dari kurma dan anggur. Tetapi karena dilarangnya itu sebab
memabukkan, maka minuman yang terbuat dari bahan apasaja (walaupun bukan
dari kurma atau anggur) asal itu memabukkan, maka hukumnya sama dengan
khamr, yaitu haram diminum.
Larangan minum khamr, diturunkan secara
berangsur-angsur. Sebab minum khamr itu bagi orang Arab sudah menjadi
adat kebiasaan yang mendarah daging semenjak zaman jahiliyah. Mula-mula
dikatakan bahwa dosanya lebih besar daripada manfaatnya, kemudian orang
yang mabuk tidak boleh mengerjakan shalat, dan yang terakhir dikatakan
bahwa minum khamr itu adalah keji dan termasuk perbuatan syetan. Oleh
sebab itu hendaklah orang-orang yang beriman berhenti dari minum khamr.
Begitulah, akhirnya Allah mengharamkan
minum khamr secara tegas. Adapun firman Allah yang pertama kali turun
tentang khamr adalah :
يَسْئَلُوْنَكَ عَنِ اْلخَمْرِ
وَ اْلمَيْسِرِ، قُلْ فِيْهِمَا اِثْمٌ كَبِيْرٌ وَّ مَنَافِعُ لِلنَّاسِ،
وَ اِثْمُهُمَآ اَكْبَرُ مِنْ نَّفْعِهِمَا، وَ يَسْأَلُوْنَكَ مَاذَا
يُنْفِقُوْنَ، قُلِ اْلعَفْوَ، كَذلِكَ يُـبَـيّنُ اللهُ لَكُمُ اْلايتِ
لَعَلَّكُمْ تَتَفَكَّرُوْنَ. البقرة:219
Mereka bertanya kepadamu tentang
khamr dan judi. Katakanlah, “Pada keduanya itu terdapat dosa besar dan
beberapa manfaat bagi manusia, tetapi dosa keduanya lebih besar dari
manfaatnya”. Dan mereka bertanya kepadamu apa yang mereka nafqahkan.
Katakanlah, “Yang lebih dari keperluan”. Demikianlah Allah menerangkan
ayat-ayat-Nya kepadamu agar kamu berfikir. [QS. Al-Baqarah : 219]
Di dalam hadits riwayat Ahmad dari Abu
Hurairah diterangkan sebab turunnya ayat tersebut sebagai berikut :
Ketika Rasulullah SAW datang ke Madinah, didapatinya orang-orang minum
khamr dan berjudi (sebab hal itu sudah menjadi kebiasaan mereka sejak dari nenek moyang mereka).
Lalu para shahabat bertanya kepada Rasulullah SAW tentang hukumnya,
maka turunlah ayat tersebut. Mereka memahami dari ayat tersebut bahwa
minum khamr dan berjudi itu tidak diharamkan, tetapi hanya dikatakan
bahwa pada keduanya terdapat dosa yang besar, sehingga mereka
masih terus minum khamr. Ketika waktu shalat Maghrib, tampillah seorang
Muhajirin menjadi imam, lalu dalam shalat tersebut bacaannya banyak yang
salah, karena sedang mabuk setelah minum khamr. Maka turunlah firman
Allah yang lebih keras dari sebelumnya, yaitu :
ياَيُّهَا الَّذِيْنَ امَنُوْا لاَ تَقْرَبُوا الصَّلوةَ وَ اَنْتُمْ سُكرى حَتّى تَعْلَمُوْا مَا تَقُوْلُوْنَ. النساء:43
Hai orang-orang yang beriman,
janganlah kamu mendekati shalat padahal kamu sedang mabuk sehingga kamu
mengerti apa yang kamu ucapkan. [An-Nisaa' : 43]
Kemudian orang-orang masih tetap minum
khamr, sehingga mereka mengerjakan shalat apabila sudah sadar dari
mabuknya. Kemudian diturunkan ayat yang lebih tegas lagi dari ayat yang
terdahulu :
ياَيُّهَا الَّذِيْنَ امَنُوْآ
اِنَّمَا اْلخَمْرُ وَ اْلمَيْسِرُ وَ اْلاَنْصَابُ وَ اْلاَزْلاَمُ رِجْسٌ
مّنْ عَمَلِ الشَّيْطنِ فَاجْتَنِبُوْهُ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُوْنَ.
اِنَّمَا يُرِيْدُ الشَّيْطنُ اَنْ يُّوْقِعَ بَيْنَكُمُ اْلعَدَاوَةَ وَ
اْلبَغْضَآءَ فِى اْلخَمْرِ وَ اْلمَيْسِرِ وَ يَصُدَّكُمْ عَنْ ذِكْرِ
اللهِ وَ عَنِ الصَّلوةِ فَهَلْ اَنْتُمْ مُّنْتَهُوْنَ. المائدة:90-91
Hai orang-orang yang beriman,
sesungguhnya (meminum) khamr, berjudi, (berkorban untuk) berhala,
mengundi nasib dengan panah, adalah perbuatan keji termasuk perbuatan
syaithan. Maka jauhilah perbuatan-perbuatan itu agar kamu mendapat
keberuntungan. Sesungguhnya syaithan itu bermaksud hendak menimbulkan
permusuhan dan kebencian diantara kamu lantaran (meminum) khamr dan
berjudi itu, dan menghalangi kamu dari mengingat Allah dan shalat, maka
berhentilah kamu (dari mengerjakan pekerjaan itu). [QS. Al-Maidah : 90-91]
Setelah turun ayat yang sangat tegas ini, mereka berkata, “Ya Tuhan kami, kami berhenti (dari minum khamr dan berjudi)”. [HR. Ahmad]
Dari ayat-ayat diatas, sudah jelas bahwa
Allah dan Rasul-Nya telah mengharamkan khamr dengan pengharaman yang
tegas. Dan bahkan peminumnya dikenai hukuman had. Rasulullah SAW
menghukum peminum khamr dengan 40 kali dera, sedangkan Khalifah Umar bin
Khaththab dimasa kekhalifahannya menetapkan hukuman dera 80 kali bagi
peminum khamr, setelah bermusyawarah dengan para shahabat lainnya, yang
Isnya Allah hadits-haditsnya akan kami sampaikan di belakang nanti.
Adapun hadits-hadits tentang haramnya khamr diantaranya sebagai berikut :
عَنْ اَبِى هُرَيْرَةَ رض قَالَ: قَالَ رَسُوْلُ اللهِ ص: مُدْمِنُ اْلخَمْرِ كَعَابِدِ وَثَنٍ. ابن ماجه
Dari Abu Hurairah RA, ia berkata : Rasulullah SAW bersabda, “Peminum khamr itu bagaikan penyembah berhala”. [HR. Ibnu Majah]
عَنِ ابْنِ عُمَرَ قَالَ:
نَزَلَ فِى اْلخَمْرِ ثَلاَثُ ايَاتٍ، فَاَوَّلُ شَيْءٍ نَزَلَتْ
<يَسْأَلُوْنَكَ عَنِ اْلخَمْرِ وَ اْلمَيْسِرِ> اْلآيَةَ. فَقِيْلَ:
حُرِّمَتِ اْلخَمْرُ. فَقِيْلَ: يَا رَسُوْلَ اللهِ، نَنْتَفِعُ بِهَا
كَمَا قَالَ اللهُ عَزَّ وَ جَلَّ. فَسَكَتَ عَنْهُمْ ثُمَّ اُنْزِلَتْ
هذِهِ اْلآيَةُ <لاَ تَقْرَبُوا الصَّلوةَ وَ اَنْتُمْ سُكرى>
فَقِيْلَ: حُرِّمَتِ اْلخَمْرُ بِعَيْنِهَا. فَقَالُوْا: يَا رَسُوْلَ
اللهِ، اِنَّا لاَ نَشْرَبُهَا قُرْبَ الصَّلاَةِ، فَسَكَتَ عَنْهُمْ،
ثُمَّ نَزَلَتْ <ياَيُّهَا الَّذِيْنَ امَنُوْا اِنَّمَا اْلخَمْرُ وَ
اْلمَيْسِرُ وَ اْلاَنْصَابُ وَ اْلاَزْلاَمُ رِجْسٌ مّنْ عَمَلِ
الشَّيْطَانِ> الآية. فَقَالَ رَسُوْلُ اللهِ ص: حُرِّمَتِ اْلخَمْرُ.
ابو داود الطياليسى فى مسنده
Dari Ibnu Umar RA, ia berkata : Ada
tiga ayat yang turun tentang khamr, yaitu pertama yang artinya (Mereka
akan bertanya kepadamu tentang khamr dan judi ….. dst). Lalu dikatakan
(oleh orang-orang) bahwa khamr telah diharamkan. Kemudian ditanyakan,
“Ya Rasulullah, bolehkah kami memanfaatkannya sebagaimana yang
difirmankan oleh Allah ‘azza wa jalla ?”. Nabi SAW terdiam dari
pertanyaan mereka, kemudian turunlah ayat (Jangan kamu mendekati shalat
padahal kamu sedang mabuk). Lalu dikatakan (oleh orang-orang), “Khamr
betul-betul telah diharamkan”. Lalu mereka (para shahabat) bertanya, “Ya
Rasulullah, sesungguhnya kami tidak meminumnya menjelang shalat”. Nabi
SAW terdiam dari mereka, kemudian turunlah ayat (Hai orang-orang yang
beriman, sesungguhnya khamr, judi sembelihan untuk berhala, dan mengundi
nasib itu tidak lain (dari perkara) kotor dari perbuatan syaithan….
dst). Ibnu Umar berkata, Lalu Rasulullah SAW bersabda, “Khamr itu telah
diharamkan”. [HR. Abu Dawud Ath-Thayalisi, di dalam musnadnya].
عَنْ عَلِيٍّ قَالَ: صَنَعَ
لَنَا عَبْدُ الرَّحْمنِ بْنُ عَوْفٍ طَعَامًا فَدَعَانَا وَ سَقَانَا مِنَ
اْلخَمْرِ، فَاَخَذَتِ اْلخَمْرُ مِنَّا، وَ قَدْ حَضَرَتِ الصَّلاَةُ
فَقَدَّمُوْنِى فَقَرَأْتُ <قُلْ ياَيُّهَا اْلكفِرُوْنَ، لاَ اَعْبُدُ
مَا تَعْبُدُوْنَ، وَ نَحْنُ نَعْبُدُ مَا تَعْبُدُوْنَ، قَالَ: فَاَنْزَلَ
اللهُ عَزَّ وَ جَلَّ <ياَيُّهَا الَّذِيْنَ امَنُوْا لاَ تَقْرَبُوا
الصَّلوةَ وَ اَنْتُمْ سُكرى حَتّى تَعْلَمُوْا مَا تَقُوْلُوْنَ. الترمذى و
صححه
Dari Ali, ia berkata : ‘Abdurrahman
bin ‘Auf pernah membuat makanan untuk kami, lalu ia mengundang kami dan
menuangkan khamr untuk kami, lalu diantara kami ada yang mabuk, padahal
(ketika itu) waktu shalat telah tiba, lalu mereka menunjukku menjadi
imam, lalu aku baca Qul yaa-ayyuhal kaafiruun, laa a’budu maa ta’buduun, wa nahnu na’budu maa ta’buduun
(Katakanlah : Hai orang-orang kafir, aku tidak menyembah apa yang kamu
sembah, dan kami menyembah apa yang kamu sembah)”. Ali berkata, “Lalu
Allah menurunkan firman-Nya Yaa ayyuhalladziina aamanuu, laa taqrobushsholaata wa antum sukaaroo hattaa ta’lamuu maa taquuluun.
(Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mendekati shalat, padahal
kamu (sedang) mabuk, hingga kamu mengerti apa yang kamu katakan)”. [HR. Tirmidzi, dan ia menshahihkannya]
عَنْ اِبِى سَعِيْدٍ قَالَ:
سَمِعْتُ رَسُوْلَ اللهِ ص يَقُوْلُ: ياَيُّهَا النَّاسُ، اِنَّ اللهَ
اَبْغَضَ اْلخَمْرَ، وَ لَعَلَّ اللهَ سَيُنْزِلُ فِيْهَا اَمْرًا، فَمَنْ
كَانَ عِنْدَهُ مِنْهَا شَيْءٌ فَلْيَبِعْهُ وَ لْيَنْتَفِعْ بِهِ، قَالَ:
فَمَا لَبِثْنَا اِلاَّ يَسِيْرًا حَتَّى قَالَ ص: اِنَّ اللهَ حَرَّمَ
اْلخَمْرَ، فَمَنْ اَدْرَكَتْهُ هذِهِ اْلآيَةُ وَ عِنْدَهُ مِنْهَا شَيْءٌ
فَلاَ يَشْرَبُ وَ لاَ يَبِيْعُ، قَالَ: فَاسْتَقْبَلَ النَّاسُ بِمَا
كَانَ عِنْدَهُمْ مِنْهَا طُرُقُ اْلمَدِيْنَةِ فَسَفَكُوْهَا. مسلم
Dari Abu Sa’id, ia berkata : Aku
mendengar Rasulullah SAW bersabda, “Hai manusia, sesungguhnya Allah
membenci khamr, dan mudah-mudahan Ia akan menurunkan suatu ketentuan
padanya. Oleh karena itu barangsiapa masih mempunyai sedikit dari
padanya, maka hendaklah ia menjualnya dan memanfaatkannya”. Abu Sa’id
berkata : Maka tidak lama kemudian Rasulullah SAW bersabda,
“Sesungguhnya Allah (telah) mengharamkan khamr, maka barangsiapa sampai
kepadanya ayat ini [QS. Al-Maidah : 90], padahal ia masih mempunyai
sedikit dari padanya, maka ia tidak boleh meminumnya, dan tidak boleh
menjualnya”. Abu Sa’id berkata, “Lalu orang-orang sama pergi menuju ke
jalan-jalan Madinah sambil membawa sisa khamr yang ada pada mereka, lalu
mereka menuangkannya”. [HR. Muslim]
عَنْ اَنَسٍ قَالَ: كُنْتُ
اَسْقِى اَبَا عُبَيْدَةَ وَ اُبَيَّ بْنَ كَعْبٍ مِنْ فَضِيْخِ زَهْوٍ وَ
تَمْرٍ، فَجَاءَهُمْ آتٍ فَقَالَ: اِنَّ اْلخَمْرَ حُرِّمَتْ. فَقَالَ
اَبُوْ طَلْحَةَ: قُمْ يَا اَنَسُ فَاَهْرِقْهَا، فَاَهْرَقْـتُهَا. احمد و
البخارى و مسلم
Dari Anas, ia berkata : Saya pernah
menuangkan (minuman) kepada Abu ‘Ubaidah dan Ubay bin Ka’ab, (yang
dibikin) dari perasan kurma segar dan kurma kering, lalu ada seseorang
datang kepada mereka, kemudian berkata, “Sesungguhnya khamr telah
diharamkan”. Lalu Abu Thalhah berkata, “Berdirilah hai Anas, lalu
buanglah”. Kemudian saya pun menuangkan (membuang) minuman tersebut”. [HR. Ahmad, Bukhari dan Muslim]
2. Segala Yang Memabukkan Hukumnya Haram
عَنْ اَبِى هُرَيْرَةَ عَنِ
النَّبِيِّ ص قَالَ: َاْلخَمْرُ مِنْ هَاتَيْنِ الشَّجَرَتَيْنِ:
النَّخْلَةِ وَ اْلعِنَبَةِ. الجماعة الا الترمذى
Dari Abu Hurairah, dari Nabi SAW, beliau bersabda, “Khamr itu (dibuat) dari dua pohon ini : kurma dan anggur”. [HR. Jama'ah, kecuali Tirmidzi]
عَنْ اَنَسٍ قَالَ: اِنَّ اْلخَمْرَ حُرِّمَتْ وَ اْلخَمْرُ يَوْمَئِذٍ اْلبُسْرُ وَ التَّمْرُ. احمد و البخارى و مسلم
Dari Anas, ia berkata, “Sesungguhnya
khamr itu (telah) diharamkan, dan pada saat itu khamr (dibuat dari)
kurma segar dan kurma kering”. [HR. Ahmad, Bukhari dan Muslim]
عَنِ ابْنِ عُمَرَ اَنَّ عُمَرَ
قَالَ عَلَى مِنْبَرِ النَّبِيِّ ص: اَمَّا بَعْدُ، اَيُّهَا النَّاسُ،
اِنَّهُ نَزَلَ تَحْرِيْمُ اْلخَمْرِ وَ هِيَ مِنْ خَمْسَةٍ: مِنَ
اْلعِنَبِ وَ التَّمْرِ وَ اْلعَسَلِ وَ اْلحِنْطَةِ وَ الشَّعِيْرِ وَ
اْلخَمْرِ مَا خَامَرَ اْلعَقْلَ. احمد و البخارى و مسلم
Dari Ibnu ‘Umar, bahwa ‘Umar RA
berkata (berkhutbah) di mimbar Nabi SAW, “Amma ba’du, hai manusia,
sesungguhnya telah turun ketetapan haramnya khamr, dan khamr itu
(terdiri) dari lima macam, yaitu dari anggur, kurma kering, madu gandum, sya’ir (gandum Belanda), dan khamr itu suatu minuman yang menutupi akal”. [HR. Ahmad, Bukhari dan Muslim]
عَنِ النُّعْمَانِ بْنِ
بَشِيْرٍ قَالَ: قَالَ رَسُوْلُ اللهِ ص: اِنَّ مِنَ اْلحِنْطَةِ خَمْرًا،
وَ مِنَ الشَّعِيْرِ خَمْرًا، وَ مِنَ الزَّبِيْبِ خَمْرًا، وَ مِنَ
التَّمْرِ خَمْرًا، وَ مِنَ اْلعَسَلِ خَمْرًا. الخمسة الا النسائى
Dari Nu’man bin Basyir, ia berkata :
Rasulullah SAW bersabda, “Sesungguhnya khamr itu (ada yang dibuat) dari
gandum, ada yang dari sya’ir, ada yang dari kismis (anggur kering), ada
yang dari kurma, dan ada (pula) yang dari madu”. [HR. Khamsah, kecuali Nasai]
زاد احمد و ابو داود: وَ اَنَا اَنْهَى عَنْ كُلِّ مُسْكِرٍ.
Imam Ahmad dan Abu Dawud menambah : Rasulullah SAW bersabda, “Dan aku melarang segala minuman yang memabukkan”.
عَنِ ابْنِ عُمَرَ اَنَّ النَّبِيَّ ص قَالَ: كُلُّ مُسْكِرٍ خَمْرٌ، وَ كُلُّ مُسْكِرٍ حَرَامٌ. الجماعة الا البخارى و ابن ماجه
Dari Ibnu ‘Umar, bahwa Nabi SAW
pernah bersabda, “Setiap (minuman) yang memabukkan itu khamr, dan setiap
(minuman) yang memabukkan itu haram”. [HR. Jama'ah, kecuali Bukhari dan Ibnu Majah]
و فى لفظ: كُلُّ مُسْكِرٍ خَمْرٌ وَ كُلُّ خَمْرٍ حَرَامٌ. مسلم و الدارقطنى
Dan dalam lafadh yang lain (dikatakan), “Setiap (minuman) yang memabukkan itu khamr, dan setiap khamr itu haram”. [HR. Muslim dan Daruquthni]
عَنْ عَائِشَةَ قَالَتْ: سُئِلَ
رَسُوْلُ اللهِ ص عَنِ اْلبِتْعِ وَ هُوَ نَبِيْذُ اْلعَسَلِ. وَ كَانَ
اَهْلُ اْليَمَنِ يَشْرَبُوْنَهُ، فَقَالَ ص: كُلُّ شَرَابٍ اَسْكَرَ
فَهُوَ حَرَامٌ. احمد و البخارى و مسلم
Dari ‘Aisyah, ia berkata, “Rasulullah
SAW pernah ditanya tentang bit’i, yaitu minuman keras yang terbuat dari
madu, dan penduduk Yaman biasa meminumnya. Lalu Nabi SAW menjawab,
“Setiap minuman yang memabukkan, maka minuman itu haram”. [HR. Ahmad, Bukhari dan Muslim]
عَنْ اَبِى مُوْسَى قَالَ:
قُالْتُ: يَا رَسُوْلَ اللهِ ص اَفْطِنَا فِى شَرَابَيْنِ كُنَّا
نَصْنَعُهُمَا بِاْليَمَنِ. اَلْبِتْعُ وَ هُوَ مِنَ اْلعَسَلِ يُنْبَذُ
حَتَّى يَشْتَدَّ، وَ اْلمِزْرُ وَ هُوَ مِنَ الذُّرَّةِ وَ الشَّعِيْرِ
يُنْبَذُ حَتَّى يَشْتَدَّ، قَالَ كَانَ رَسُوْلُ اللهِ ص قَدْ اُعْطِيَ
جَوَامِعَ اْلكَلِمِ بِخَوَاتِمِهِ،فَقَالَ: كُلُّ مُسْكِرٍ حَرَامٌ. احمد و
البخارى و مسلم
Dari Abu Musa RA, ia berkata : Saya
berkata, “Ya Rasulullah, berilah kami fatwa tentang dua minuman yang
biasa kami membuatnya di Yaman, yaitu bit’i, minuman dari madu yang
dilarutkan (dibiarkan) sehingga menjadi keras dan mizr, minuman dari
gandum dan sya’ir yang dilarutkan sehingga menjadi keras. Abu Musa
berkata : Lalu Rasulullah SAW memberi jawaban singkat yang mencakup,
pada akhir-akhir jawabannya. Beliau bersabda, “Setiap minuman yang
memabukkan itu haram”. [HR Ahmad, Bukhari dan Muslim]
عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ عَنِ النَّبِيِّ ص قَالَ: كُلُّ مُخَمِّرٍ خَمْرٌ وَ كُلُّ مُسْكِرٍ حَرَامٌ. ابو داود
Dari Ibnu ‘Abbas RA, dari Nabi SAW,
beliau bersabda, “Setiap minuman yang menutupi (akal) itu khamr, dan
setiap minuman yang memabukkan itu haram”. [HR. Abu Dawud]
3. Minum khamr walaupun sedikit, hukumnya tetap haram
عَنِ ابْنِ عُمَرَ رض عَنِ النَّبِيِّ ص قَالَ: مَا اَسْكَرَ كَثِيْرُهُ فَقَلِيْلُهُ حَرَامٌ. احمد و ابن ماجه و الدارقطنى و صححه
Dari Ibnu Umar, dari Nabi SAW, beliau bersabda, “Minuman yang dalam jumlah banyak memabukkan, maka sedikitpun juga haram”. [HR. Ahmad, Ibnu Majah dan Daruquthni, dan dia menshahihkannya]
وَ ِلاَبِى دَاوُدَ وَ ابْنِ مَاجَهْ وَ التِّرْمِذِيِّ مِثْلُهُ سَوَاءٌ مِنْ حَدِيْثِ جَابِرٍ.
Dan Abu Dawud, Ibnu Majah dan Tirmidzi meriwayatkan seperti itu dari Jabir.
عَنْ سَعْدِ بْنِ اَبِى وَقَّاصٍ اَنَّ النَّبِيَّ ص نَهَى عَنْ قَلِيْلِ مَا اَسْكَرَ كَثِيْرُهُ. النسائى و الدارقطنى
Dari Sa’ad bin Abu Waqqash, bahwa
Nabi SAW melarang meminum meskipun sedikit dari minuman yang (dalam
kadar) banyaknya memabukkan”. [HR. Nasai dan Daruquthni]
عَنْ عَمْرِو بْنِ شُعَيْبٍ
عَنْ اَبِيْهِ عَنْ جَدِّهِ اَنَّ النَّبِيَّ ص اَتَاهُ قَوْمٌ فَقَالُوْا:
يَا رَسُوْلَ اللهِ اِنَّا نَنْبُذُ النَّبِيْذَ فَنَشْرَبُهُ عَلَى
غَدَائِنَا وَ عَشَائِنَا، فَقَالَ: اِشْرَبُوْا فَكُلُّ مُسْكِرٍ حَرَامٌ،
فَقَالُوْا: يَا رَسُوْلَ اللهِ اِنَّا نَكْسِرُهُ بِاْلمَاءِ، فَقَالَ:
حَرَامٌ قَلِيْلُ مَا اَسْكَرَ كَثِيْرُهُ. الدارقطنى
Dari ‘Amr bin Syu’aib, dari ayahnya,
dari datuknya, bahwa Nabi SAW didatangi suatu qaum, lalu mereka berkata,
“Ya Rasulullah, sesungguhnya kami (biasa) membuat minuman keras, lalu
kami meminumnya di pagi dan sore hari. Lalu Nabi SAW bersabda,
“Minumlah, tetapi setiap minuman yang memabukkan itu haram”. Kemudian
mereka berkata, “Ya Rasulullah, sesungguhnya kami mencampurnya dengan
air”. Nabi SAW menjawab, “Haram (walaupun) sedikit dari minuman yang
(dalam kadar) banyaknya memabukkan”. [HR. Daruquthni]
عَنْ عَائِشَةَ رض قَالَتْ:
قَالَ رَسُوْلُ اللهِ ص كُلُّ مُسْكِرٍ حَرَامٌ، وَ مَا اَسْكَرَ اْلفَرَقُ
مِنْهُ فَمِلْءُ اْلكَفِّ مِنْهُ حَرَامٌ. احمد و ابو داود و الترمذى و
قال حديث حسن
Dari ‘Aisyah RA, ia berkata :
Rasulullah SAW bersabda, “Setiap minuman yang memabukkan itu haram, dan
minuman yang dalam jumlah banyaknya memabukkan, maka segenggam darinya
pun haram”. [HR. Ahmad, Abu Dawud dan Tirmidzi, dan Tirmidzi berkata, "Hadits ini hasan"]
4. Ada segolongan orang yang merubah nama khamr dengan nama yang lain sehingga mereka menganggap halal dan meminumnya.
عَنْ عُبَادَةَ بْنِ الصَّامِتِ
قَالَ: قَالَ رَسُوْلُ اللهِ ص: لَتَسْتَحِلَّنَّ طَائِفَةٌ مِنْ اُمَّتِى
اْلخَمْرَ بِاسْمٍ يُسَمُّوْنَهَا اِيَّاهُ. احمد
Dari ‘Ubadah bin Shamit, ia berkata :
Rasulullah SAW bersabda, “Sungguh akan ada segolongan dari ummatku yang
menghalalkan khamr dengan menggunakan nama lain”. [HR. Ahmad]
عَنْ عُبَادَةَ بْنِ الصَّامِتِ
قَالَ: قَالَ رَسُوْلُ اللهِ ص: يَشْرَبُ نَاسٌ مِنْ اُمَّتِى اْلخَمْرَ
بِاسْمٍ يُسَمُّوْنَهَا اِيَّاهُ. ابن ماجه
Dari ‘Ubadah bin Shamit, ia berkata :
Rasulullah SAW bersabda, “Sungguh akan ada segolongan dari ummatku yang
meminum khamr dengan menamakannya dengan nama lain”. [HR. Ibnu Majah]
عَنْ اَبِى اُمَامَةَ قَالَ:
قَالَ رَسُوْلُ اللهِ ص: لاَ تَذْهَبُ اللَّيَالِى وَ اْلاَيَّامُ حَتَّى
تَشْرَبَ طَائِفَةٌ مِنْ اُمَّتِى اْلخَمْرَ وَ يُسَمُّوْنَهَا بِغَيْرِ
اسْمِهَا. ابن ماجه
Dari Abu Umamah RA, ia berkata :
Rasulullah SAW bersabda, “Tidak lewat beberapa malam dan hari (Tidak
lama sepeninggalku) sehingga segolongan dari ummatku minum khamr dengan
memberi nama yang bukan namanya”. [HR. Ibnu Majah]
عَنِ ابْنِ مُحَيْرِيْزٍ عَنْ
رَجُلٍ مِنْ اَصْحَابِ النَّبِيِّ ص عَنِ النَّبِيِّ ص قَالَ: يَشْرَبُ
نَاسٌ مِنْ اُمَّتِى اْلخَمْرَ وَ يُسَمُّوْنَهَا بِغَيْرِ اسْمِهَا.
النسائى
Dari Ibnu Muhairiz dari salah seorang
shahabat Nabi SAW beliau bersabda, “(Akan) ada sekelompok manusia dari
ummatku yang minum khamr, dan mereka menamakannya dengan nama lain”. [HR. Nasai]
عَنْ اَبِى مَالِكٍ
اْلاَشْعَرِيِّ اَنَّهُ سَمِعَ النَّبِيَّ ص يَقُوْلُ: لَيَشْرَبَنَّ
اُنَاسٌ مِنْ اُمَّتِى اْلخَمْرَ وَ يُسَمُّوْنَهَا بِغَيْرِ اسْمِهَا.
احمد و ابو داود
Dari Abu Malik Al-Asy’ariy, bahwa ia
mendengar Nabi SAW bersabda, “Sungguh akan ada sekelompok manusia dari
ummatku yang minum khamr, dan mereka menamakannya dengan nama lain”. [HR. Ahmad dan Abu Dawud]
5. Khamr yang telah diharamkan oleh Allah tidak boleh dijual ataupun dihadiahkan.
عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ قَالَ:
كَانَ لِرَسُوْلِ اللهِ ص صَدِيْقٌ مِنْ ثَقِيْفٍ وَ دَوْسٍ فَلَقِيَهُ
يَوْمَ اْلفَتْحِ بِرَاحِلَةٍ اَوْ رَاوِيَةٍ مِنْ خَمْرٍ يُهْدِيْهَا
اِلَيْهِ فَقَالَ: يَا فُلاَنُ اَمَا عَلِمْتَ اَنَّ اللهَ حَرَّمَهَا؟
فَاَقْبَلَ الرَّجُلُ عَلَى غُلاَمِهِ فَقَالَ: اِذْهَبْ فَبِعْهَا.
فَقَالَ رَسُوْلُ اللهِ ص اِنَّ الَّذِيْ حَرَّمَ شُرْبَهَا حَرَّمَ
بَيْعَهَا، فَاَمَرَ بِهَا فَاُفْرِغَتْ فِى اْلبَطْحَاءِ. احمد و مسلم و
النسائى
Dari Ibnu ‘Abbas ia berkata :
Rasulullah SAW pernah mempunyai seorang kawan dari Tsaqif dan Daus, lalu
ia menemui beliau pada hari penaklukan kota Makkah dengan
membawa satu angkatan atau seguci khamr untuk dihadiahkan kepada
beliau, lalu Nabi SAW bersabda, “Ya Fulan, apakah engkau tidak tahu
bahwa Allah telah mengharamkannya ?”. Lalu orang tersebut memandang
pelayannya sambil berkata, “Pergi dan juallah khamr itu”. Lalu
Rasulullah SAW pun bersabda, “Sesungguhnya minuman yang telah diharamkan
meminumnya, juga diharamkan menjualnya”. Lalu Rasulullah SAW menyuruh
(agar ia membuang)nya, lalu khamr itu pun dibuang dibathha’. [HR. Ahmad, Muslim dan Nasai]
و فى رواية لاحمد اَنَّ رَجُلاً خَرَجَ وَ اْلخَمْرُ حَلاَلٌ فَاَهْدَى لِرَسُوْلِ اللهِ ص رَاوِيَةَ خَمْرٍ. وَ ذَكَرَ نَحْوَهُ.
Dan dalam satu riwayat bagi Ahmad,
dinyatakan bahwa ada seorang laki-laki keluar, sedang khamr pada saat
itu masih dihalalkan, lalu ia menghadiahkan kepada Rasulullah SAW seguci
khamr. (Selanjutnya ia menuturkan seperti hadits tersebut diatas).
عَنْ اَبِى هُرَيْرَةَ رض اَنَّ
رَجُلاً كَانَ يُهْدِى لِلنَّبِيِّ ص رَاوِيَةَ خَمْرٍ، فَاَهْدَاهَا
اِلَيْهِ عَامًا وَ قَدْ حُرِّمَتْ، فَقَالَ النَّبِيُّ ص: اِنَّهَا قَدْ
حُرِّمَتْ. فَقَالَ الرَّجُلُ: اَفَلاَ اَبِيْعُهَا؟ فَقَالَ: اِنَّ
الَّذِى حَرَّمَ شُرْبَهَا حَرَّمَ بَيْعَهَا. قَالَ:اَفَلاَ اُكَارِمُ
بِهَا اْليَهُوْدَ؟ قَالَ: اِنَّ الَّذِى حَرَّمَهَا حَرَّمَ اَنْ
يُكَارَمَ بِهَا اْليَهُوْدُ. قَالَ: فَكَيْفَ اَصْنَعُ بِهَا؟ قَالَ:
شِنَّهَا عَلَى اْلبَطْحَاءِ. الحميدى فى مسنده فى نيل الاوطار 8: 191
Dari Abu Hurairah RA, bahwa pernah
ada seorang laki-laki menghadiahkan kepada Rasulullah SAW seguci khamr,
ia menghadiahkannya kepada beliau pada tahun diharamkannya khamr, lalu
Nabi SAW bersabda, “Sesungguhnya khamr telah diharamkan”. Lalu orang itu
bertanya, “Apa tidak boleh aku menjualnya ?”. Jawab Nabi SAW,
“Sesungguhnya minuman yang diharamkan meminumnya, juga diharamkan
menjualnya”. Orang itu bertanya (lagi), “Apakah tidak boleh aku
pergunakan untuk mengungguli kedermawanan orang Yahudi ?”. Nabi SAW
menjawab, “Sesungguhnya sesuatu yang diharamkan, maka haram (pula) untuk
dipergunakan mengungguli kedermawanan orang Yahudi”. Orang itu bertanya
(lagi), “Lalu harus aku gunakan untuk apa ?”. Nabi SAW bersabda,
“Tuangkan saja di Bathha’ “. [HR. Al-Humaidi di dalam musnadnya - dalam Nailul Authar juz 8, hal 191]
عَنْ اَنَسٍ قَالَ: لَعَنَ
رَسُوْلُ اللهِ ص فِى اْلخَمْرِ عَشْرَةً: عَاصِرَهَا وَ مُعْتَصِرَهَا وَ
شَارِبَهَا وَ حَامِلَهَا وَ اْلمَحْمُوْلَةَ اِلَيْهِ وَ سَاقِيَهَا وَ
بَائِعَهَا وَ آكِلَ ثَمَنِهَا وَ اْلمُشْتَرِيَ لَهَا وَ اْلمُشْتَرَاةَ
لَهُ. الترمذى و ابن ماجه فى نيل الاوطار 5: 174
Dari Anas ia berkata, “Rasulullah SAW
melaknat tentang khamr sepuluh golongan : 1. yang memerasnya, 2.
pemiliknya (produsennya), 3. yang meminumnya, 4. yang membawanya
(pengedar), 5. yang minta diantarinya, 6. yang menuangkannya, 7. yang
menjualnya, 8. yang makan harganya, 9. yang membelinya, 10. yang minta
dibelikannya”. [HR. Tirmidzi dan Ibnu Majah - dalam Nailul Authar juz 5 hal. 174]
عَنِ ابْنِ عُمَرَ قَالَ:
لُعِنَتِ اْلخَمْرَةُ عَلَى عَشْرَةِ وُجُوْهٍ: لُعِنَتِ اْلخَمْرَةُ
بِعَيْنِهَا وَ شَارِبِهَا وَ سَاقِيَهَا وَ بَائِعِهَا وَ مُبْتَاعِهَا وَ
عَاصِرِهَا وَ مُعْتَصِرِهَا وَ حَامِلِهَا وَ اْلمَحْمُوْلَةِ اِلَيْهِ
وَ آكِلِ ثَمَنِهَا. احمد و ابن ماجه فى نيل الاوطار 5: 174
Dari Ibnu ‘Umar ia berkata, “Telah
dilaknat khamr atas sepuluh hal : 1. khamr itu sendiri, 2. peminumnya,
3. yang menuangkannya, 4. penjualnya, 5. pembelinya, 6. yang memerasnya,
7. pemilik (produsennya), 8. yang membawanya, 9. yang minta
diantarinya, 10. yang memakan harganya”. [HR. Ahmad dan Ibnu Majah - dalam Nailul Authar juz 5 hal. 174]
6. Khamr tidak boleh dijadikan cuka.
عَنْ اَنَسٍ اَنَّ النَّبِيَّ ص سُئِلَ عَنِ اْلخَمْرِ يُتَّخَذُ خَلاًّ فَقَالَ: لاَ. احمد و مسلم و ابو داود و الترمذى و صححه
Dari Anas, bahwa Nabi SAW ditanya tentang khamr yang dijadikan cuka, lalu beliau menjawab, “Tidak boleh”. [HR. Ahmad, Muslim, Abu Dawud dan Tirmidzi, dan ia menshahihkannya]
عَنْ اَنَسٍ اَنَّ اَبَا
طُلْحَةَ سَأَلَ النَّبِيَّ عَنْ اَيْتَامٍ وَرِثُوْا خَمْرًا، قَالَ:
اَهْرِقْهَا. قَالَ: اَفَلاَ نَجْعَلُهَا خَلاًّ؟ قَالَ: لاَ. احمد و ابو
داود
Dari Anas, bahwa Abu Thalhah bertanya
kepada Nabi SAW tentang beberapa anak yatim yang mewarisi khamr, beliau
SAW menjawab, “Tuangkanlah !”. (Abu Thalhah) bertanya, “Apakah tidak
boleh kami jadikan cuka ?”. Jawab beliau, “Tidak”. [HR. Ahmad dan Abu Dawud]
عَنْ اَنَسٍ اَنَّ يَتِيْمًا
كَانَ فِى حِجْرِ اَبِى طَلْحَةَ فَاشْتَرَى لَهُ خَمْرًا. فَلَمَّا
حُرِّمَتْ سُئِلَ النَّبِيُّ ص: اَتُتَّخَذُ خَلاً؟ قَالَ: لاَ. احمد و
الدارقطنى
Dari Anas bahwa seorang anak yatim
berada (dalam asuhan) Abu Thalhah, lalu ia (Abu Thalhah) membelikan
khamr untuknya. Ketika khamr telah diharamkan, Nabi SAW ditanya,
“Bolehkah khamr itu dijadikan cuka ?”. Nabi SAW menjawab, “Tidak”. [HR. Ahmad, dan Daruquthni]
7. Boleh minum perasan kurma atau anggur selama tidak menjadi khamr (belum rusak).
عَنْ عَائِشَةَ رض قَالَتْ:
كُنَّا نَنْبُذُ لِرَسُوْلِ اللهِ ص فِى سَقَاءٍ فَنَأْخُذُ قَبْضَةً مِنْ
تَمْرٍ وَ قَبْضَةً مِنْ زَبِيْبٍ فَنَطْرَحُهُمَا، ثُمَّ نَصُبُّ
عَلَيْهِ اْلمَاءَ فَنَنْبُذُهُ غُدْوَةَ فَيَشْرَبُهُ عَشِيَّةً وَ
نَنْبُذُهُ عَشِيَّةً فَيَشْرَبُهُ غُدْوَةً. ابن ماجه
Dari ‘Aisyah RA, ia berkata, “Kami
pernah membuatkan minuman Rasulullah SAW dalam suatu wadah, kami
mengambil segenggam kurma dan segenggam anggur lalu kami tuangkan air.
Kami membuatnya pada pagi hari kemudian diminum pada sore hari dan
(jika) kami membuatnya pada sore hari lalu diminum pada pagi hari. [HR. Ibnu Majah]
عَنْ عَائِشَةَ رض قَالَتْ:
كُنَّا نَنْبُذُ لِرَسُوْلِ اللهِ ص سَقَاءٍ يُوْكَى اَعْلاَهُ وَ لَهُ
عَزْلاَءُ نَنْبُذُهُ غُذْوَةً فَيَشْرَبُهُ عَشِيًّا وَ نَنْبُذُهُ
عَشِيًّا فَيَشْرَبُهُ غُذْوَةً. احمد و مسلم و ابو داود و الترمذى
Dari ‘Aisyah RA, ia berkata, “Kami
(biasa) membuat minuman untuk Rasulullah SAW di wadah (minuman) yang
tertutup (bagian) atasnya dan mempunyai pelepas (untuk membuka). Kami
membuatnya di pagi hari lalu beliau (Nabi SAW) meminumnya di sore hari
dan (jika) kami membuat di sore hari maka (Nabi SAW) meminumnya di pagi
hari”. [HR. Ahmad, Muslim, Abu Dawud dan Tirmidzi]
عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ رض قَالَ:
كَانَ رَسُوْلُ اللهِ ص يُنْبَذُ لَهُ اَوَّلَ اللَّيْلِ فَيَشْرَبُهُ
اِذَا اَصْبَحَ يَوْمَهُ ذلِكَ وَ اللَّيْلَةَ الَّتِى تَجِيْءُ وَ اْلغَدَ
وَ اللَّيْلَةَ اْلاُخْرَى وَ اْلغَدَ اِلَى اْلعَصْرِ، فَاِذَا بَقِيَ
شَيْءٌ سَقَاهُ اْلخَدَّامَ اَوْ اَمَرَ بِهِ فَصَبَّ. احمد و مسلم
Dari Ibnu ‘Abbas RA, ia berkata,
“Adalah Rasulullah SAW dibuatkan minuman pada malam (hari yang) pertama,
lalu beliau meminumnya ketika pagi harinya, dan malam berikutnya dan
pagi harinya (hari kedua), dan malam berikutnya lagi serta pagi harinya
sampai waktu ‘ashar (hari ketiga). Lalu apabila masih ada sisanya
diberikan kepada pelayan atau beliau menyuruh (membuangnya), lalu
dibuang”. [HR. Ahmad dan Muslim]
و فى رواية: كَانَ يُنْقَعُ
لَهُ اْلزَبِيْبُ فَيَشْرَبُهُ اْليَوْمَ وَ اْلغَدَ وَ بَعْدَ اْلغَدِ
اِلَى مَسَاءِ الثَّالِثَةِ، ثُمَّ يَأْمُرُ بِهِ فَيُسْقَى اْلخَادِمَ
اَوْ يُهْرَاقُ. احمد و مسلم و ابو داود
Dan dalam lafadh lain dikatakan,
“Suatu ketika dipersiapkan untuk (Rasulullah SAW minuman) anggur, lalu
beliau meminumnya hari itu, esok paginya dan lusa, sampai sore hari
ketiga, kemudian beliau menyuruh diberikan kepada pelayan atau dibuang”. [HR. Ahmad, Muslim dan Abu Dawud]
8. Hukuman Peminum Khamr
عَنْ اَنَسٍ اَنَّ النَّبِيَّ ص
اُتِيَ بِرَجُلٍ قَدْ شَرِبَ اْلخَمْرَ فَجُلِدَ بِجَرِيْدَتَيْنِ نَحْوَ
اَرْبَعِيْنَ، قَالَ: وَ فَعَلَهُ اَبُوْ بَكْرٍ. فَلَمَّا كَانَ عُمَرُ
اسْتَشَارَ النَّاسَ فَقَالَ عَبْدُ الرَّحْمنِ بْنُ عَوْفٍ: اَخَفُّ
اْلحُدُوْدِ ثَمَانِيْنَ فَاَمَرَ بِهِ عُمَرُ. احمد و مسلم و ابو داود و
الترمذى و صححه
Dari Anas RA, sesungguhnya Nabi SAW pernah dihadapkan kepada beliau seorang laki-laki yang telah minum khamr.
Lalu orang tersebut dipukul dengan dua pelepah kurma (pemukul) sebanyak
40 kali. Anas berkata, “Cara seperti itu dilakukan juga oleh Abu
Bakar”. Tetapi (di zaman ‘Umar) setelah ‘Umar minta pendapat para
shahabat yang lain, maka ‘Abdur Rahman bin ‘Auf berkata, “Hukuman yang
paling ringan ialah 80 kali. Lalu ‘Umar pun menyuruh supaya didera 80
kali”. [HR. Ahmad, Muslim, Abu Dawud dan Tirmidzi. Dan Tirmidzi menshahihkannya]
عَنْ اَنَسٍ اَنَّ النَّبِيَّ ص
جَلَدَ فِى اْلخَمْرِ بِاْلجَرِيْدِ وَ النِّعَالِ: وَ جَلَدَ اَبُوْ
بَكْرٍ اَرْبَعِيْنَ. احمد و البخارى و مسلم
Dari Anas, sesungguhnya Nabi SAW pernah memukul (orang) karena minum khamr dengan pelepah kurma dan sandal. Dan Abu Bakar mendera 40 kali. [HR. Ahmad, Bukhari dan Muslim]
عَنْ عُقْبَةَ بْنِ اْلحَارِثِ
قَالَ: جِيْءَ بِالنُّعْمَانِ اَوِ ابْنِ النُّعْمَانِ شَارِبًا، فَاَمَرَ
رَسُوْلُ اللهِ ص مَنْ كَانَ فِى اْلبَيْتِ اَنْ يَضْرِبُوْهُ، فَكُنْتُ
فِيْمَنْ ضَرَبَهُ، فَضَرَبْنَاهُ بِالنِّعَالِ وَ اْلجَرِيْدِ. احمد و
البخارى
Dari ‘Uqbah bin Al-Harits, ia
berkata, “Nu’man atau anaknya Nu’man pernah dihadapkan (kepada Nabi SAW)
karena minum khamr, lalu Rasulullah SAW menyuruh orang-orang yang di
rumah itu supaya memukulnya, maka aku (‘Uqbah) termasuk salah seorang
yang memukulnya. Kami pukul dia dengan sandal dan pelepah kurma”. [HR. Ahmad dan Bukhari]
عَنِ السَّائِبِ بْنِ يَزِيْدَ
قَالَ: كُنَّا نُؤْتَى بِالشَّارِبِ فِى عَهْدِ رَسُوْلِ اللهِ ص وَ فِى
إِمْرَةِ اَبِى بَكْرٍ وَ صَدْرًا مِنْ إِمْرَةِ عُمَرَ فَنَقُوْمُ
اِلَيْهِ نَضْرِبُهُ بِاَيْدِيْنَا وَ نِعَالِنَا وَ اَرْدِيَتِنَا، حَتَّى
كَانَ صَدْرًا مِنْ إِمْرَةِ عُمَرَ فَجَلَدَ فِيْهَا اَرْبَعِيْنَ،
حَتَّى اِذَا عَتَوْا فِيْهَا وَ فَسَقُوْا جَلَدَ ثَمَانِيْنَ. احمد و
البخارى
Dari Saib bin Yazid, ia berkata,
“Pernah dihadapan seorang peminum khamr kepada kami di zaman Rasulullah
SAW, juga di zaman pemerintahan Abu Bakar dan di permulaan pemerintahan
‘Umar, lalu kami berdiri menghampiri dia (peminum khamr itu), maka kami
pukul dia dengan tangan-tangan kami, dengan sandal-sandal kami dan
dengan selendang-selendang kami sehingga pada permulaan pemerintahan
‘Umar RA, ia memukul peminum khamr itu sebanyak 40 kali, sehingga
apabila mereka melampaui batas dalam minum khamr itu dan durhaka
(mengulangi lagi), ia dera sebanyak 80 kali”. [HR. Ahmad dan Bukhari]
عَنْ اَبِى هُرَيْرَةَ قَالَ:
اُتِيَ النَّبِيُّ ص بِرَجُلٍ قَدْ شَرِبَ فَقَالَ: اِضْرِبُوْهُ، فَقَالَ
اَبُوْ هُرَيْرَةَ: فَمِنَّا الضَّارِبُ بِيَدِهِ، وَ الضَّارِبُ
بِنَعْلِهِ، وَ الضَّارِبُ بِثَوْبِهِ، فَلَمَّا انْصَرَفَ قَالَ بَعْضُ
اْلقَوْمِ: اَخْزَاكَ اللهُ، قَالَ: لاَ تَقُوْلُوْا هكَذَا، لاَ
تُعِيْبُوْا عَلَيْهِ الشَّيْطَانَ. احمد و البخارى و ابو داود
Dari Abu Hurairah, ia berkata :
Pernah dihadapkan seorang laki-laki yang telah minum khamr kepada Nabi
SAW, maka Nabi SAW bersabda, “Pukullah dia”. Abu Hurairah berkata, “Maka
diantara kami ada yang memukulnya dengan tangannya, ada yang memukulnya
dengan sandal dan ada pula yang memukul dengan pakaiannya”. Kemudian
setelah selesai sebagian kaum itu ada yang berkata, “Semoga Allah
menjadikan engkau hina (hai peminum khamr)”. Maka sabda Nabi SAW,
“Jangan kalian berkata begitu, jangan kalian minta bantuan syaithan
untuk menghukum dia”. [HR. Ahmad, Bukhari dan Abu Dawud]
عَنْ اَبِى سَعِيْدٍ قَالَ:
جُلِدَ عَلَى عَهْدِ رَسُوْلِ اللهِ ص فِى اْلخَمْرِ بِنَعْلَيْنِ
اَرْبَعِيْنَ. فَلَمَّا كَانَ زَمَنُ عُمَرَ جَعَلَ بَدَلَ كُلِّ نَعْلٍ
سَوْطًا. احمد
Dari Abu Sa’id, ia berkata, “Peminum
khamr di zaman Rasulullah SAW didera dengan dua sandal sebanyak 40 kali.
Kemudian di zaman pemerintahan ‘Umar, masing-masing sandal itu diganti
dengan cambuk”. [HR. Ahmad]
عَنْ حُضَيْنِ بْنِ اْلمُنْذِرِ
قَالَ: شَهِدْتُ عُثْمَانَ بْنَ عَفَّانَ أُتِيَ بِاْلوَلِيْدِ قَدْ
صَلَّى الصُّبْحَ رَكْعَتَيْنِ، ثُمَّ قَالَ: اَزِيْدُكُمْ، فَشَهِدَ
عَلَيْهِ رَجُلاَنِ اَحَدُهُمَا حُمْرَانُ اَنَّهُ شَرِبَ اْلخَمْرَ، وَ
شَهِدَ آخَرُ اَنَّهُ رَآهُ يَتَقَيَّؤُهَا، فَقَالَ عُثْمَانُ: اِنَّهُ
لَمْ يَتَقَيَّأْهَا حَتَّى شَرِبَهَا، فَقَالَ: يَا عَلِيُّ قُمْ
فَاجْلِدْهُ، فَقَالَ عَلِيٌّ: قُمْ يَا حَسَنُ فَاجْلِدْهُ، فَقَالَ
اْلحَسَنُ: وَلِّ حَارَّهَا مَنْ تَوَلَّى قَارَّهَا، فَكَأَنَّهُ وَجَدَ
عَلَيْهِ، فَقَالَ: يَا عَبْدَ اللهِ بْنَ جَعْفَرٍ قُمْ فَاجْلِدْهُ،
فَجَلَدَهُ وَ عَلِيٌّ يَعُدُّ حَتَّى بَلَغَ اَرْبَعِيْنَ، فَقَالَ:
اَمْسِكْ، ثُمَّ قَالَ: جَلَدَ النَّبِيُّ ص اَرْبَعِيْنَ، وَ اَبُوْ
بَكْرٍ اَرْبَعِيْنَ، وَ عُمَرُ ثَمَانِيْنَ وَ كُلٌّ سُنَّةٌ وَ هذَا
اَحَبُّ اِلَيَّ. مسلم
Dari Hudlain bi Mundzir, ia berkata,
“Aku pernah menyaksikan Walid dihadapkan kepada ‘Utsman bin ‘Affan,
setelah selesai shalat Shubuh dua rekaat. Kemudian ‘Utsman bertanya,
“Apakah aku akan menambah kalian ?”. Lalu ada dua orang yang menjadi
saksi atas Walid, salah satu diantara keduanya itu adalah Humran, (ia
berkata) bahwa Walid benar-benar telah minum khamr, sedang yang satu
lagi menyaksikan, bahwa ia melihat Walid muntah khamr. Lalu ‘Utsman
berkata, “Sesungguhnya dia tidak akan muntah khamr jika dia tidak
meminumnya”. Lalu ‘Utsman berkata, “Hai ‘Ali, berdirilah, deralah dia”.
Maka ‘Ali pun berkata, “Hai Hasan, berdirilah, deralah dia”. Lalu Hasan
berkata, “Serahkanlah pekerjaan yang berat kepada orang yang dapat
menguasainya dengan tidak berat”. Seolah-olah ia pun merasakan keberatan
itu. Lalu ia berkata, “Hai ‘Abdullah bin Ja’far, berdirilah, deralah
dia”. Lalu ia pun menderanya, sedang ‘Ali sendiri menghitung, hingga
sampai 40 kali. Lalu ia berkata, “Berhenti”, lalu ia berkata, “Nabi SAW
mendera sebanyak 40 kali, Abu Bakar juga 40 kali, sedang ‘Umar mendera
80 kali. Namun semuanya itu adalah sesuai dengan sunnah (Rasul). Dan
inilah yang paling saya senangi”. [HR. Muslim]
عَنْ عُبَيْدِ اللهِ بْنِ
عَدِّى بْنِ اْلخِيَارِ اَنَّهُ قَالَ لِعُثْمَانَ: قَدْ اَكْثَرَ النَّاسُ
فِى اْلوَلِيْدِ، فَقَالَ: سَنَأْخُذُ مِنْهُ بِاْلحَقِّ اِنْ شَاءَ اللهُ
تَعَالَى، ثُمَّ دَعَا عَلِيًّا فَاَمَرَهُ اَنْ يَجْلِدَهُ، فَجَلَدَهُ
ثَمَانِيْنَ. مختصار من البخارى، و فى رواية عنه: اَرْبَعِيْنَ. وَ
يَتَوَجَّهُ اْلجَمْعُ بَيْنَهُمَا بِمَا رَوَاهُ اَبُوْ جَعْفَرٍ
مُحَمَّدُ بْنُ عَلِيٍّ اَنَّ عَلِيَّ بْنَ اَبِى طَالِبٍ جَلَدَ بِسَوْطٍ
لَهُ طَرَفَانِ. الشافعى فى مسنده
Dari ‘Abdullah bin ‘Adi bin Khiyar,
sesungguhnya dia pernah berkata kepada ‘Utsman, “Banyak orang yang
keberatan tentang masalah Walid itu”. Lalu ‘Utsman berkata,
“Baiklah, kami akan mengambil darinya dengan benar, insya Allah”.
Kemudian ia memanggil ‘Ali seraya menyuruhnya untuk mendera Walid, maka
‘Ali mendera Walid sebanyak 80 kali. [Diringkas dari Bukhari]. Dan
dalam satu riwayat lain oleh Bukhari juga, “Ali mendera 40 kali”. Dan
dapat dikompromikan antara kedua riwayat itu dengan hadits yang
diriwayatkan oleh Abu Ja’far Muhammad bin ‘Ali, sesungguhnya ‘Ali bin
Abu Thalib mendera Walid dengan satu cemeti berujung dua. [HR. Syafi'i dalam musnadnya]
عَنْ عَلِيٍّ رض فِى شُرْبِ
اْلخَمْرِ قَالَ: اِنَّهُ اِذَا شَرِبَ سَكَرَ، وَ اِذَا سَكَرَ هَذَى، وَ
اِذَا هَذَى افْتَرَى وَ عَلَى اْلمُفْتَرِى ثَمَانُوْنَ جَلْدَةً.
الدارقطنى و مالك بمعناه
Dari Ali RA tentang orang yang minum
khamr, ia berkata, “Sesungguhnya jika dia minum khamr, maka ia mabuk.
Dan jika mabuk, ia berkata tidak karuan. Dan jika berkata-kata tidak
karuan, ia berdusta. Sedang orang yang berdusta harus didera sebanyak 80
kali”. [HR. Daruquthni dan juga Malik semakna dengan itu]
عَنِ السَّائِبِ بْنِ يَزِيْدَ
اَنَّ عُمَرَ خَرَجَ عَلَيْهِمْ فَقَالَ: اِنِّى وَحَدْتُ مِنْ فُلاَنٍ
رِيْحَ شَرَابٍ، فَزَعَمَ اَنَّهُ شَرِبَ الطِّلاَءَ، وَ اِنِّى سَائِلٌ
عَمَّا شَرِبَ، فَاِنْ كَانَ مُسْكِرًا جَلَدْتُهُ، فَجَلَدَهُ عُمَرُ
اْلحَدَّ تَامًّا. النسائى و الدارقطنى
Dari Saib bin Yazid, sesungguhnya
‘Umar keluar ke tengah-tengah orang banyak, lalu ia berkata,
“Sesungguhnya aku mencium dari fulan bau minuman khamr”. Lalu ia yaqin
bahwa dia itu telah minum thila’ (khamr yang paling lezat). Dan aku
sendiri yang bertanya tentang apa yang ia minum. Jika dia mabuk, maka
akan kudera dia. Lalu ia didera oleh ‘Umar sebagai hukuman dengan
sempurna. [HR. Nasai dan Daruquthni]
عَنْ اَبِى سَعِيْدٍ قَالَ:
اُتِيَ رَسُوْلُ اللهِ ص بِرَجُلٍ نَشْوَانَ فَقَالَ: اِنِّى لَمْ اَشْرَبْ
خَمْرًا، اِنَّمَا شَرِبْتُ زَبِيْبًا وَ تَمْرًا فِى دُبَّاءَةٍ، قَالَ:
فَاَمَرَ بِهِ فَنُهِزَ بِاْلاَيْدِى وَ خُفِقَ بِالنِّعَالِ، وَ نَهَى
عَنِ الدُّبَّاءِ، وَ نَهَى عَنِ الزَّبِيْبِ وَ التَّمْرِ يَعْنِى اَنْ
يُخْلَطَا. احمد
Dari Abu Sa’id, ia berkata, “Pernah
terjadi seorang laki-laki yang sedang mabuk dibawa ke tempat Rasulullah
SAW lalu ia berkata, “Sesungguhnya aku tidak minum khamr, tetapi aku
hanya minum anggur kering yang dicampur kurma dalam sebuah dubba’ (wadah
minuman keras yang terbuat dari waluh yang sudah dibuang isinya)”. Lalu
beliau menyuruh supaya ia dipukul, lalu ia dipukul dengan tangan dan
dipukul dengan sandal, dan beliau melarang mempergunakan dubba’ dan
melarang juga minum anggur kering yang dicampur dengan kurma”. [HR. Ahmad]
عَنِ ابْنِ شِهَابٍ اَنَّهُ
سُئِلَ عَنْ حَدِّ اْلعَبْدِ فِى اْلخَمْرِ، فَقَالَ: بَلَغَنِى اَنَّ
عَلَيْهِ نِصْفَ حَدِّ اْلحُرِّ فِى اْلخَمْرِ، وَ اَنَّ عُمَرَ وَ
عُثْمَانَ وَ عَبْدَ اللهِ بْنَ عُمَرَ جَلَدُوْا عَبِيْدَهُمْ نِصْفَ
اْلحَدِّ فِى اْلخَمْرِ. مالك فى الموطأ
Dari Abu Syihab, sesungguhnya ia
pernah ditanya tentang hukuman seorang budak yang (mabuk) karena minum
khamr, maka jawabnya, “Telah sampai berita kepadaku, bahwa dia itu
dihukum separuh hukuman orang merdeka yang mabuk karena minum khamr. Dan
sesungguhnya ‘Umar, ‘Utsman, ‘Abdullah bin ‘Umar pernah mendera
budak-budak mereka dengan separuh hukuman minum khamr”. [HR. Malik dalam Muwatha']
Keterangan :
Hadits-hadits tersebut menunjukkan
ditetapkannya hukuman minum khamr. Dan hukuman dera itu tidak kurang
dari 40 kali. Dan tidak ada riwayat yang menerangkan, bahwa Nabi SAW
membatasi 40 kali. Dan kadang-kadang beliau mendera dengan pelepah
kurma, kadang-kadang dengan sandal, kadang-kadang dengan pelepah kurma
dan sandal, kadang-kadang dengan pelepah kurma dan sandal serta pakaian
dan kadang-kadang dengan tangan dan sandal. Oleh karena itu bisa
dipahami, alat apa yang akan digunakan terserah kepada Hakim.
9. Tentang dihapuskannya hukuman bunuh bagi peminum khamr yang mengulang hingga 4 kali.
عَنْ عَبْدِ اللهِ بْنِ عَمْرٍو
قَالَ: قَالَ رَسُوْلُ اللهِ ص: مَنْ شَرِبَ اْلخَمْرَ فَاجْلِدُوْهُ،
فَاِنْ عَادَ فَاجْلِدُوْهُ، فَاِنْ عَادَ فَاجْلِدُوْهُ، فَاِنْ عَادَ
فَاقْتُلُوْهُ. قَالَ عَبْدُ اللهِ: اُئْتُوْنِى بِرَجُلٍ قَدْ شَرِبَ
اْلخَمْرَ فِى الرَّابِعَةِ فَلَكُمْ عَلَيَّ اَنْ اَقْتُلَهُ. احمد
Dari ‘Abdullah bin ‘Amr, ia berkata :
Rasulullah SAW bersabda, “Barangsiapa minum khamr maka deralah ia,
kemudian jika kembali minum lagi, maka deralah dia, kemudian jika
kembali lagi maka deralah dia, dan jika kembali minum lagi maka bunuhlah
dia”. ‘Abdullah berkata, “Bawalah kemari seseorang dari kalian yang
minum khamr yang keempat kalinya, maka aku akan bunuh dia”. [HR. Ahmad]
عَنْ اَبِى هُرَيْرَةَ قَالَ:
قَالَ رَسُوْلُ اللهِ ص: اِنْ سَكِرَ فَاجْلِدُوْهُ، ثُمَّ اِنْ سَكِرَ
فَاجْلِدُوْهُ، فَاِنْ عَادَ فِى الرَّابِعَةِ فَاضْرِبُوْا عُنُقَهُ.
الخمسة الا الترمذى
Dari Abu Hurairah, ia berkata :
Rasulullah SAW bersabda, “Jika (seseorang) mabuk, maka deralah dia,
kemudian jika ia mabuk lagi, maka deralah dia kemudian jika ia kembali
lagi yang keempat kalinya, maka penggallah lehernya”. [HR. Khamsah kecuali Tirmidzi]
عَنْ مُعَاوِيَةَ اَنَّ
النَّبِيَّ ص قَالَ: اِذَا شَرِبُوا اْلخَمْرَ فَاجْلِدُوْهُمْ، ثُمَّ
اِذَا شَرِبُوْا فَاجْلِدُوْهُمْ، ثُمَّ اِذَا شَرِبُوا الرَّابِعَةَ
فَاقْتُلُوْهُمْ. الخمسة الا النسائى. قَالَ التِّرْمِذِى: اِنَّمَا كَانَ
هذَا فِى اَوَّلِ اْلاَمْرِ ثُمَّ نُسِخَ بَعْدُ.
Dari Mu’awiyah, sesungguhnya Nabi SAW
telah bersabda, “Apabila mereka minum khamr, maka deralah mereka,
kemudian jika mereka minum lagi, deralah mereka, kemudian jika mereka
minum untuk keempat kalinya, maka bunuhlah mereka”. [HR. Khamsah kecuali Nasai]. Tirmidzi berkata, “Ini hanya terjadi di zaman permulaan, kemudian sesudah itu hukuman tersebut dihapus”.
عَنْ جَابِرٍ عَنِ النَّبِيِّ ص
قَالَ: اِنْ شَرِبَ اْلخَمْرَ فَاجْلِدُوْهُ فَاِنْ عَادَ الرَّابِعَةَ
فَاقْتُلُوْهُ، قَالَ: ثُمَّ اُتِيَ النَّبِيُّ ص بَعْدَ ذلِكَ بِرَجُلٍ
قَدْ شَرِبَ فِى الرَّابِعَةِ فَضَرَبَهُ وَ لَمْ يَقْتُلْهُ. محمد بن
اسحاق، فى نيل الاوطار 7:166
Dari Jabir, dari Nabi SAW, beliau
telah bersabda, “Jika (seseorang) minum khamr, maka deralah dia,
kemudian jika mengulang lagi yang keempat kalinya, maka bunuhlah dia”.
Jabir berkata, “Kemudian setelah itu dihadapkan seorang laki-laki yang
telah minum khamr keempat kalinya kepada Nabi SAW, tetapi beliau hanya
menderanya dan tidak membunuhnya”. [HR. Muhammad bin Ishaq dalam Nailul Authar 7, hal 166]
Keterangan :
Orang yang telah berulang kali mendapat
hukuman dera karena minum khamr tetapi tidak jera, orang seperti itu
jelas orang yang nekad dan sangat jahat, dan dia pantas mendapat hukuman
yang lebih berat. Namun karena hukuman bunuh bagi peminum khamr yang
keempat kalinya itu telah dihapus, maka bagaimanapun juga hakim tidak
boleh menjatuhkan hukuman bunuh bagi peminum khamr, walaupun dia sudah
minum yang keempat kali atau lebih.
10. Khamr Tidak Boleh Dijadikan Sebagai Obat.
Tentang menggunakan khamr sebagai obat itu, diterangkan dalam hadits sebagai berikut :
مَا اَنْزَلَ اللهُ مِنْ دَاءٍ اِلاَّ اَنْزَلَهُ شِفَاءً. البخارى صحيح
Allah tidak menurunkan penyakit, melainkan Dia menurunkan penawar baginya. [HSR. Bukhari]
اِنَّ اللهَ اَنْزَلَ الدَّاءَ
وَ الدَّوَاءَ وَ جَعَلَ لِكُلِّ دَاءٍ دَوَاءً فَتَدَاوَوْا وَ لاَ
تَتَدَاوَوْا بِحَرَامٍ. ابو داود صحيح
Sesungguhnya Allah telah menurunkan
penyakit dan juga obat(nya). Dan Dia telah mengadakan obat bagi
tiap-tiap penyakit. Maka berobatlah, dan jangan berobat dengan (barang)
yang haram. [HSR Abu Dawud]
اِنَّ اللهَ لَمْ يُنْزِلْ دَاءً اِلاَّ اَنْزَلَ لَهُ شِفَاءً عَلِمَهُ مَنْ عَلِمَهُ وَ جَهِلَهُ مَنْ جَهِلَهُ. احمد
Sesungguhnya Allah tidak menurunkan
penyakit, melainkan Dia menurunkan penawar baginya, yang diketahui oleh
orang yang pandai dan tidak diketahui oleh orang yang bodoh. [HR. Ahmad]
قَالَ اَبُوْ هُرَيْرَةَ: نَهَى رَسُوْلُ اللهِ ص عَنِ الدَّوَاءِ اْلخَبِيْثِ. مسلم
Abu Hurairah RA berkata, “Rasulullah SAW melarang berobat dengan obat yang jelek”. [HSR. Muslim]
Di dalam perkataan jelek itu, termasuk juga barang yang diharamkan seperti : khamr, babi, dan lain-lainnya.
Dengan keterangan-keterangan hadits,
nyatalah bagi kita, bahwa tiap-tiap penyakit itu, ada obatnya. Tetapi
kebanyakan dari kita tidak mempedulikan hal itu, hingga menyebabkan kita
berobat dengan barang-barang yang diharamkan Allah. Dari
keterangan-keterangan itu, kita dapat mengerti, bahwa berobat dengan
barang yang telah diharamkan oleh syara’ itu haram pula hukumnya. Dan
larangan berobat dengan arak itu, dengan terang dan tegas disebut dalam
hadits sebagai berikut :
قَالَ وَائِلُ بْنُ حُجْرٍ:
اِنَّ طَارِقَ بْنَ سُوَيْدٍ سَأَلَ النَّبِيَّ ص عَنِ اْلخَمْرِ،
فَنَهَاهُ عَنْهَا فَقَالَ: اَصْنَعُهَا لِلدَّوَاءِ. قَالَ: اِنَّهُ
لَيْسَ بِدَوَاءٍ وَ لكِنَّهُ دَاءٌ. مسلم و الترمذى صحيح
Wail bin Hujr telah berkata,
bahwasanya Thariq bin Suwaid pernah bertanya kepada Nabi SAW tentang
khamr, maka Nabi melarang hal itu. Lalu ia berkata, “Saya membuatnya
untuk dijadikan obat”. Maka Rasulullah SAW bersabda, “Sesungguhnya khamr
itu bukan obat, tetapi penyakit”. [HSR. Muslim dan Tirmidzi]
قَالَ بْنُ مَسْعُوْدٍ فِى اْلمُسْكِرِ: اِنَّ اللهَ لَمْ يَجْعَلْ شِفَاءَ كَمْ فِيْمَا حَرَّمَ عَلَيْكُمْ. البخارى صحيح
Ibnu Mas’ud telah berkata tentang
barang yang memabukkan, “Sesungguhnya Allah tidak menjadikan obat bagimu
pada barang yang Dia telah mengharamkan padanya”. [HSR. Bukhari]
Dua keterangan yang baru tersebut ini
menegaskan bahwa khamr itu bukan obat, tetapi penyakit, yakni bisa
menimbulkan penyakit, walaupun orang menggunakan sebagai obat. Dan kita
dilarang menjadikan khamr sebagai obat.
11. Larangan Duduk Pada Jamuan Makan yang di situ Disuguhkan/ Diedarkan Khamr.
Berdasar sunnah Nabi SAW, orang Islam
diharuskan meninggalkan tempat jamuan yang ada khamrnya, termasuk
duduk-duduk dengan orang yang sedang minum khamr.
Diriwayatkan dari ‘Umar bin Khaththab RA, bahwa dia pernah mendengar Rasulullah SAW bersabda :
مَنْ كَانَ يُؤْمِنُ بِاللهِ وَ اْليَوْمِ اْلآخِرِ فَلاَ يَقْعُدَنَّ عَلَى مَائِدَةٍ يُدَارُ عَلَيْهَا اْلخَمْرُ. احمد
Barangsiapa beriman kepada Allah dan
hari akhir, maka jangan sekali-kali ia duduk pada suatu hidangan yang
padanya diedarkan khamr. [HR. Ahmad]
عَنْ جَابِرٍ قَالَ: قَالَ
رَسُوْلُ اللهِ ص: مَنْ كَانَ يُؤْمِنُ بِاللهِ وَ اْليَوْمِ اْلآخِرِ
فَلاَ يَقْعُدْ عَلَى مَائِدَةٍ يُشْرَبُ عَلَيْهَا اْلخَمْرُ. الدارمى
Dari Jabir, ia berkata : Rasulullah
SAW bersabda, “Barangsiapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir,
maka janganlah ia duduk pada jamuan makan yang ada minum khamr padanya”. [HR. Ad-Darimiy]
Setiap muslim diperintah untuk
menghentikan kemungkaran jika menyaksikan-nya. Tetapi jika tidak mampu,
dia harus menyingkir atau meninggalkannya.
Dalam salah satu kisah diceritakan,
bahwa Khalifah ‘Umar bin ‘Abdul ‘Aziz pernah mendera orang-orang yang
minum khamr dan yang ikut menyaksikan jamuan mereka itu, sekalipun orang
yang menyaksikan itu tidak turut minum bersama mereka.
Dan diriwayatkan pula, bahwa pernah ada
suatu qaum yang diadukan kepadanya karena minum khamr, kemudian beliau
memerintahkan agar semuanya didera. Lalu ada orang yang berkata, bahwa
diantara mereka itu ada yang berpuasa. Maka jawab ‘Umar, “Dera dulu, dia
!”. Apakah kamu tidak mendengar firman Allah :
وَ قَدْ نَزَّلَ عَلَيْكُمْ فِى
اْلكِتبِ اَنْ اِذَا سَمِعْتُمْ ايتِ اللهِ يُكْفَرُ بِهَا وَ
يُسْتَهْزَأُ بِهَا فَلاَ تَقْعُدُوْا مَعَهُمْ حَتَّى يَخُوْضُوْا فِى
حَدِيْثٍ غيْرِهِ اِنَّكُمْ اِذًا مّثْلُهُم. النساء:140
Sungguh Allah telah menurunkan
kepadamu dalam Al-Qur’an, bahwa apabila kamu mendengar ayat-ayat Allah
ditentang dan diejeknya. Maka itu janganlah kamu duduk bersama mereka,
sehingga mereka itu memasuki dalam pembicaraanan yang lain. Sebab
sesungguhnya jika kamu berbuat demikian adalah sama dengan mereka. [QS. An-Nisaa' : 140]
12. Nabi SAW pernah melarang wadah yang biasa digunakan membuat/ menyimpan khamr, kemudian membolehkannya.
عَنْ عَائِشَةَ أَنَّ وَفْدَ
عَبْدِ الْقَيْسِ قَدِمُوْا عَلَى النَّبِيِّ ص. فَسَأَلُوْهُ عَنِ
النَّبِيْذِ، فَنَهَاهُمْ أَنْ يَنْبُذُوْا فِى الدُّبَّاءِ وَالنَّقِيْرِ
وَالْمُزَفَّتِ وَالْحَنْتَمِ. متفق عليه
Dari ‘Aisyah RA, bahwa utusan Abdul
Qais menghadap Nabi SAW, lalu mereka bertanya kepada beliau tentang
(membuat) minuman. Lalu Nabi SAW melarang mereka membuat minuman di
tempat (wadah) dari dubba’, naqir, muzaffat dan guci. [HR. Ahmad, Bukhari dan Muslim].
عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ اَنَّ
رَسُوْلَ اللهِ ص. قَالَ لِوَفْدِ عَبْدِ الْقَيْسِ اَنْهَاكُمْ عَمَّا
يُنْبَذُ فِى الدُّبَّاءِ وَالنَّقِيْرِ وَالْحَنْتَمِ وَالْمُزَفَّتِ.
متفق عليه
Dari Ibnu Abbas, bahwa Rasulullah SAW
bersabda kepada utusan Abdul Qais : “Aku melarang kamu (minum) minuman
yang dibuat pada dubba’, pada naqir, pada guci dan di wadah yang dicat”. [HR. Ahmad, Bukhari dan Muslim]
عَنْ مَيْمُوْنَةَ أَنَّ
النَّبِيَّ ص. قَالَ: لاَ تَنْبُذُوْا فىِ الدُّبَّاءِ ، وَلاَ فىِ
الْمُزَفَّتِ ، وَلاَ فِى النَّقِيْرِ، وَلاَ فِى الْجِرَارِ، وَ قَالَ:
كُلُّ مُسْكِرٍ حَرَامٌ. احمد
Dari Maimunah RA, dari Nabi SAW
bahwasanya beliau bersabda, “Jangan kamu membuat minuman pada dubba’,
jangan pada wadah yang dicat, jangan pada lubang kayu, dan jangan di
guci”. Dan beliau bersabda, “Setiap minuman yang memabukkan itu haram”. [HR. Ahmad].
عَنِ ابْنِ أَبِى اَوْفَى قَالَ: نَهَى النَّبِيُّ ص. عَنْ نَّبِيْذِ الْجَرِّ اْلاَخْضَرِ. متفق عليه
Dari Ibnu Abi Aufa RA ia berkata, “Nabi SAW melarang minuman (yang dibuat pada) guci hijau”. [HR. Ahmad, Bukhari dan Muslim].
عَنْ عَلِيٍّ رض قَالَ: نَهَى النَّبِيُّ ص اَنْ تَنْبُذُوْا فِى الدُّبَّاءِ وَ الْمُزَفَّتِ. متفق عليه
Dari Ali RA. ia berkata, “Rasulullah SAW melarang kamu membuat minuman pada dubba’ dan pada wadah yang dicat”. [HR. Ahmad, Bukhari dan Muslim].
وَ فِى رِوَايَةٍ اَنَّ
النَّبِيَّ ص نَهَى عَنِ الْمُزَفَّتِ وَ الْحَنْتَمِ وَ النَّقِيْرِ،
قِيْلَ ِلاَبِى هُرَيْرَةَ: مَا الْحَنْتَمُ ؟ قَالَ: اَلْجِرَارُ
الْخُضَرُ. احمد و مسلم
Dan dalam riwayat lain dikatakan,
bahwa Nabi SAW melarang (membuat minuman pada) wadah yang dicat, pada
hantam dan pada lubang kayu. Abu Hurairah ditanya, “Apa Hantam itu ?”. Ia menjawab, “Guci yang hijau”. [HR. Ahmad dan Muslim].
عَنْ اَبِى سَعِيْدٍ أَنَّ
وَفْدَ عَبْدِ الْقَيْسِ قَالُوْا: يَا رَسُوْلَ اللهِ مَاذَا يَصْلُحُ
لَنَا مِنَ اْلاَشْرِبَةِ ؟ قَالَ: لاَ تَشْرَبُوْا فِى النَّقِيْرِ،
فَقَالُوْا جَعَلْنَا اللهُ فِدَاكَ، اَوَ تَدْرِى مَا النَّقِيْرُ؟ قَالَ:
نَعَمْ، اَلْجَذْعُ يُنْقَرُ فِى وَسَطِهِ، وَ لاَ فِى الدُّبَّاءِ، وَ
لاَ فِى الْحَنْتَمِ، وَ عَلَيْكُمْ بِالْمُوْكِى. احمد و مسلم
Dari Abu Sa’id, bahwa utusan Abdul
Qais bertanya, “Ya Rasulullah, apa yang boleh bagi kami dari berbagai
minuman ? Nabi SAW menjawab, “Jangan kamu minum di wadah naqir”. Lalu
mereka bertanya, “Semoga Allah menjadikan kami tebusanmu. Apa naqir itu
?” Nabi menjawab, “Yaitu batang kurma yang dilubangi pada
tengah-tengahnya. Jangan kamu (minum) pada dubba’, jangan (pula) pada
guci, dan hendaklah kamu (minum) pada bejana yang tertutup”. [HR. Ahmad dan Muslim]
عَنِ ابْنِ عُمَرَ وَ ابْنِ
عَبَّاسٍ أَنَّ رَسُوْلَ اللهِ ص نَهَى عَنِ الدُّبَّاءِ وَالْحَنْتَمِ،
وَ الْمُزَفَّتِ. مسلم و النسائى و ابو داود
Dan dari Ibnu Umar dan Ibnu Abbas RA, bahwa Rasulullah SAW melarang memakai wadah dubba’, guci dan wadah yang dicat. [HR. Muslim, Nasai dan Abu Dawud].
عَنِ ابْنِ عُمَرَ وَ ابْنِ عَبَّاسٍ قَالاَ: حَرَّمَ رَسُوْلُ اللهِ ص نَبِيْذَ اْلجَرِّ. احمد و مسلم و النسائى و ابو داود
Dari Ibnu Umar dan Ibnu Abbas, mereka berkata, “Rasulullah SAW mengharamkan (minuman) dalam guci”. [HR. Ahmad, Muslim, Nasai dan Abu Dawud].
عَنِ ابْنِ عُمَرَ قَالَ: نَهَى
رَسُوْلُ اللهِ ص عَنِ اْلحَنْتَمَةِ، وَ هِيَ اْلجَرَّةُ، وَ نَهَى عَنِ
الدُّبَّاءِ وَ هِيَ اْلقَرْعَةُ، وَ نَهَى عَنِ النَّقِيْرِ، وَ هِيَ
اَصْلُ النَّخْلِ يُنْقَرُ نَقْرًا وَ يُنْسَحُ نَسْحًا، وَ نَهَى عَنِ
اْلمُزَفَّتِ، وَ هُوَ اْلمُقَـيَّرُ، وَ اَمَرَ اَنْ يُنْبَذَ فِى
اْلاَسْقِيَةِ. احمد و مسلم و النسائى و الترمذى و صححه
Dari Ibnu Umar, ia berkata,
“Rasulullah SAW melarang (minuman pada) hantam, yaitu guci, dan beliau
melarang dari dubba’ yaitu labu (waloh yang dihilangkan isinya),
melarang (minuman pada) naqir, yaitu batang kurma yang dilubangi atau
dikerat, melarang (minum pada) muzaffat, yaitu wadah yang diberi tir,
dan (Nabi) menyuruh membuat minuman pada tempat-tempat minuman (biasa). [HR. Ahmad, Muslim, Nasai dan Tirmidzi, dan Tirmidzi mengesahkannya].
عَنْ بُرَيْدَةَ قَالَ: قَالَ
رَسُوْلُ اللهِ ص كُنْتُ نَهَيْتُكُمْ عَنِ اْلاَشْرِبَةِ اِلاَّ فِى
ظُرُوْفِ اْلاَدَمِ، فَاشْرَبُوْا فِى كُلِّ وِعَاءٍ غَيْرَ اَنْ لاَ
تَشْرَبُوْا مُسْكِرًا. احمد و مسلم و ابو داود و النسائى
Dari Buraidah, ia
berkata: Rasulullah SAW bersabda : “Aku pernah melarang kamu beberapa
minuman kecuali (minuman yang) di kantong-kantong kulit yang disamak.
Sekarang minumlah (minuman) di semua tempat minuman, tapi jangan kamu
minum (minuman yang) memabukkan”. [HR. Ahmad, Muslim, Abu Dawud dan Nasai]
و فى رواية: نَهَيْتُكُمْ عَنِ
الظُّرُوْفِ وَ اِنَّ ظَرْفًا لاَ يُحِلُّ شَيْئًا وَّ لاَ يُحَرِّمُهُ، وَ
كُلُّ مُسْكِرٍ حَرَامٌ. الجماعة الا البخارى و ابا داود
Dan dalam riwayat lain dikatakan,
“Aku pernah melarang kamu beberapa wadah (minuman), namun (ketahuilah)
sesungguhnya wadah (itu sendiri) tidak bisa menghalalkan sesuatu dan
mengharamkannya dan setiap minuman yang memabukkan itulah yang haram”. [HR. Jama'ah, kecuali Bukhari dan Abu Dawud].
عَنْ اَنَسٍ قَالَ: نَهَى
رَسُوْلُ اللهِ ص عَنِ النَّبِيْذِ فِى الدُّبَّاءِ وَ النَّقِيْرِ وَ
اْلمُزَفَّتِ، ثُمَّ قَالَ بَعْدَ ذلِكَ: اَلاَ كُنْتُ نَهَيْتُكُمْ عَنِ
النَّبِيْذِ فِى اْلاَوْعِيَةِ فَاشْرَبُوْا فِيْمَا شِئْتُمْ وَ لاَ
تَشْرَبُوْا مُسْكِرًا. مَنْ شَاءَ اَوْكَى سِقَائَهُ عَلَى اِثْمٍ. احمد
Dari Anas, ia berkata : Rasulullah
SAW melarang membuat minuman di dubba’, di lubang kayu, di guci dan di
wadah yang dicat. Kemudian sesudah itu, beliau bersabda : “Benar aku
pernah melarang kamu membuat minuman di beberapa wadah, namun (sekarang)
boleh kamu minum di wadah mana saja yang kamu sukai, tapi janganlah
minum minuman yang memabukkan, barang siapa (tetap) menghendaki (minuman
yang memabukkan) berarti ia menutupi wadahnya itu dengan dosa”. [HR. Ahmad].
عَنْ عَبْدِ اللهِ بْنِ
مُغَفَّلٍ قَالَ: اَنَا شَهِدْتُ رَسُوْلَ اللهِ ص حِيْنَ نَهَى عَنِ
النَّبِيْذِ اْلجَرِّ. وَ اَنَا شَهِدْتُهُ حِيْنَ رَخَّصَ فِيْهِ، وَ
قَالَ: وَ اجْتَنِبُوْا كُلَّ مُسْكِرٍ. احمد
Dari Abdullah bin Mughaffal RA ia
berkata, saya menyaksikan Rasulullah SAW ketika beliau melarang membuat
minuman pada guci dan saya pun menyaksikan ketika beliau memberi
keringanan padanya. Seraya bersabda, “Dan jauhilah setiap minuman yang
memabukkan”. [HR. Ahmad].
Keterangan :
Dubba’ ialah labu (waloh) yang
dihilangkan isinya. Hantam atau jarrah ialah guci (hijau). Naqir ialah
batang (glugu) kurma dilubangi tengahnya, dan muqayyar atau muzaffat
ialah wadah yang diberi tir atau yang diberi cat.
Wadah-wadah tersebut pada waktu itu
biasa digunakan membuat/menyimpan minuman keras. Oleh karena itu beliau
melarangnya menggunakan wadah-wadah tersebut.
Tetapi setelah orang-orang mengetahui
dengan jelas tentang haramnya khamr, maka beliau membolehkan minum pada
wadah apa saja, asalkan bukan minum minuman yang memabukkan. (Sumber : Hukum Minuman Keras)
[agoezta]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar